PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pada saat ini pemahaman akan perilaku
konsumen adalah peranan penting karena tanpa ada pemahaman tersebut mengenai
ekonomi manajemen dalam suatu perkembangan usaha terutama dalam pengambilan
keputusan bagi para pemasar itu akan tidak beraturan. Para pemasar mencoba
memahami perilaku pembelian konsumen agar mereka dapat menawarkan kepuasan yang
lebih besar kepada konsumen, yang disebut dengan utilitas total (total utility) yang dimana konsumen yang diperoleh
ketika ia mengonsumsi suatu produk.
Tapi bagaimana pun juga ketidakpuasan konsumen sampai tingkat tertentu masih
akan ada. Beberapa pemasar masih belum menerapkan konsep perilaku konsumen,
sehingga mereka tidak berorientasi pada konsumen dan tidak memandang kepuasan
konsumen sebagai tujuan utama. Lebih jauh lagi karena alat menganalisis
perilaku konsumen tidak pasti, para pemasar kemungkinan tidak mampu menetapkan
secara akurat apa sebenarnya yang dapat memuaskan para pembeli. Sekalipun para
pemasar mengetahui faktor yang meningkatkan kepuasan konsumen, mereka belum
tentu dapat memenuhi faktor tersebut
.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya
adalah.
1
TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan penulisan makalah ini selain
untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Ekonomi Manajerial, penulis
juga ingin manambah
wawasan tentang Perilaku Konsumen
khususnya, dan bagi pembaca pada
umumnya, serta untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi disekitar
kita terkait pembahasan ini .
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku konsumen merupakan suatu proses
yang berkaitan erat dengan proses pembelian, pada saat itu konsumen melakukan
aktifitas-aktifitas seperti melakukan pencarian, penelitian, dan pengevaluasian
produk. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk
membuat keputusan pembelian.
Yang termasuk ke dalam perilaku konsumen selain mengenai
kualitas produk, juga meliputi harga produk atau jasa tersebut. Jika harga
suatu produk tidak terlalu tinggi, maka konsumen tidak akan terlalu lama membutuhkan
waktu untuk memikirkan dan melakukan aktifitas perilaku konsumen. Namun jika
harga suatu barang atau jasa tersebut bisa dibilang tinggi, atau mahal, maka
konsumen tersebut akan memberikan effort lebih
terhadap barang tersebut. Pembeli tersebut akan semakin lama melakukan perilaku
konsumen, seperti melihat, menanyakan, mengevaluasi, dan mempertimbangkan.
Peter dan Olson (1999) dalam Simamora
(2003) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah soal keputusan. Lebih jauh
lagi, keputusan adalah soal pilihan. Untuk lebih jelasnya mereka menyatakan bahwa keputusan meliputi
suatu pilihan “antara dua atau lebih alternatif tindakan atau perilaku”.
Sastradipora (2003) menyatakan bahwa:
“perilaku konsumen adalah proses dimana para individu menetapkan jawaban atas
pertanyaan: perlukah, apakah, kapankah, dimanakah, bagaimanakah, dan dari
siapakah membeli barang atau jasa”.
Solomon (2003) menyatakan bahwa, “consumer behavior is the
process involved when individuals or groups selest, purchase, use, adn dispose
of goods,
services, ideas, or experiences to satisfy their needs and
desires”. Yang dapat diartikan bahwa perilaku konsumen merupakan suatu proses
yang melibatkan seseorang ataupun suatu perilaku kelompok untuk memilih,
membeli, menggunakan dan memanfaatkan barang-barang, pelayanan, ide, ataupun
pengalan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Berikut adalah
beberapa definisi perilaku konsumen menurut para ahli.
A. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard
Perilaku konsumen adalah
tindakan-tindakan produk dan jasa, termasuk didalamnya adalah proses keputusan
yang mengawali serta mengikuti tindakan pembelian tersebut. Tindakan tersebut
adalah terlibat secara langsung dalam proses memperoleh, mengkonsumsi bahkan
membuang atau tidak jadi menggunakan suatu produk atau jasa tersebut.
B. Menurut The American Marketing Association
Perilaku konsumen adalah proses membagai interaksi dinamis dari
pengaruh dan kesadaran, perilaku dan lingkungan dimana seseorang melakukan
pertukaran aspek kehidupannya.
·
Perilaku konsumen bersifat
dinamis. Itu berarti bahwa perilaku seorang konsumen, grup konsumen, ataupun
masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu.
·
Perilaku konsumen melibatkan
interaksi antara afeksi (perasaan) dan kognisi (pemikiran), perilaku dan
kejadian di sekitar.
·
Perilaku konsumen melibatkan
pertukaran, karena itu peran pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran
dengan konsumen melalui formulasi dan penerapan strategi pemasaran.
C. Menurut Mowen
Perilaku konsumen merupakan aktivitas ketika seseorang mendapatkan, mengkonsumsi atau membuang
barang atau jasa pada saat proses pembelian.
D. Menurut Schiffman dan Kanuk
Perilaku konsumen adalah suatu proses yang dilalui oleh seorang pembeli
dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi serta bertindak pada konsumsi
produk dan jasa, maupun ide yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan seseorang tersebut.
E. Menurut Kohler
Sedangkan menurut Kotler (2007) bahwa,
“perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok, dan
organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan, dan memposisikan barang, jasa,
gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka”.
Tujuan Perilaku Konsumen
Menurut Robins (2007) menyatakan bahwa
tujuan mempelajari ilmu perilaku organisasi adalah untuk memprediksi perilaku
orang lain, menjelaskan berbagai peristiwa dalam organisasi dan mengendalikan
perilaku anggota organisasi.
Tujuan mempelajari ilmu perilaku
organisasi yang pertama adalah untuk memprediski perilaku orang lain. Dengan
bisa mempelajari perilaku orang lain, kita dapat berfikir, bersikap dan
bertindak secara tepat dalam komunikasi dengan orang tersebut. Menurut Nimran
(1996) lebih jauh mengungkapkan: “keteraturan perilaku dalam organisasi
memberikan kemungkinan kepada kita untuk melakukan prediksi atas
perilaku-perilaku anggota-anggota organisasi pada masa yang akan datang.
Tujuan yang kedua adalah untk
menjelaskan berbagai peristiwa yang terjadi dalam organisasi.
Tujuan ketiga adalah untuk mengendalikan
perilaku anggota organisasi. Semakin banyak perilaku individu atau kelompok
dalam organisasi yang dapat diprediksi dengan tepat dan dapat dijelaskan dengan
baik, semakin besar kemungkinannya bagi pemimpin untuk melakukan fungsi
pengendalian karyawannyan dengan baik sehingga perilaku atau kelompok menjadi
lebih positif dan fokus pada pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Berangkat dari tujuan ilmu perilaku
organisasi, menurut Read dan van Leeuwen (2010), kehadiran disiplin ilmu
perilaku konsumen bagi perusahan sebenarnya bertujuan untuk memprediksi,
menjelaskan dan mengendalikan perilaku konsumen.
Jenis Perilaku Konsumen
Jenis-jenis perilaku konsumen ini
sendiri berbeda-beda dan bermacam- macam. Misalkan Anda ingin membeli buah
mangga, maka yang termasuk ke dalam perilaku konsumen sebelum membeli adalah
mencium bau mangga tersebut untuk memastikan apakah sudah matang, kemudian meneliti
dari bentuknya, apakah ada sisi yang busuk, menekan-nekan mangga tersebut juga
untuk memastikan tingkat kematangan mangga tersebut, dan lain sebaginya. Hal
ini juga dapat diterapkan pada pembelian produk jangka panjang, misalnya
peralatan elektronik, gadget, alat-alat furniture, dan lain sebagainya.
Untuk produk jasa, misalkan jasa tour
wisata, pasti Anda akan mengecek terlebih dahulu dari testimoni pembeli, track record perusahaan jasa travel itu
sendiri, dan lain sebaginya. Pada intinya, setiap konsumen yang akan membeli
suatu produk atau menggunakan sebuah jasa, maka konsumen tersebut pasti
melakukan apa yang disebut sebagi perilaku konsumen.
Pada dasarnya, perilaku konsumen secara
umum dibagi menjadi 2 yaitu perilaku konsumen yang bersifat rasional dan
irrasional. Yang dimaksudkan dengan perilaku konsumen yang bersifat rasional
adalah tindakan perilaku
konsumen dalam pembelian suatu barang dan jasa yang
mengedepankan aspek-aspek konsumen secara umum, yaitu seperti tingkat kebutuhan
mendesak, kebutuhan utama/primer, serta daya guna produk itu sendiri terhadap
konsumen pembelinya. Sedangkan perilaku konsumen yang bersifat irrasional
adalah perilaku konsumen yang mudah terbujuk oleh iming-iming diskon atau
marketing dari suatu produk tanpa mengedepankan aspek kebutuhan atau
kepentingan. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa ciri-ciri yang menjadi
dasar perbedaan antara perilaku konsumen yang bersifat rasional dan perilaku
konsumen yang bersifat irrasional.
Berikut ini
beberapa ciri-ciri dari Perilaku Konsumen yang bersifat Rasional.
1. Konsumen memilih barang berdasarkan
kebutuhan
2.
Barang yang dipilih konsumen
memberikan kegunaan optimal bagi konsumen
3. Konsumen memilih barang yang mutunya
terjamin
4. Konsumen memilih barang yang harganya sesuai dengan kemampuan konsumen
Beberapa ciri-ciri
Perilaku Konsumen yang bersifat Irrasional.
1.
Konsumen sangat cepat tertarik
dengan iklan dan promosi di media
cetak maupun elektronik
2.
Konsumen memilih barang-barang
bermerk atau branded yang sudah dikenal luas
3.
Konsumen memilih barang bukan
berdasarkan kebutuhan, melainkan gengsi atau
prestise
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Kotler (2007) mengatakan bahwa, “perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor
budaya, sosial, pribadi, dan psikologis”.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen adalah sebagai berikut.
a.
Faktor Budaya.
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial
sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan
perilaku paling dasar. Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya
yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para
anggotanya. Sub- budaya mencakup
kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis. Pada dasarnya, semua
masyarakat manusia memiliki stratifikasi sosial. Stratifikasi lebih sering
ditemukan dalam bentuk kelas sosial, pembagian masyarakat yang relatif homogen
dan permanen, yang tersusun secara hirarkis dan yang para anggotanya menganut
nilai, minat, dan perilaku serupa.
Kelas sosial memiliki beberapa ciri.
Pertama, orang-orang didalam kelas sosial yang sama cenderung berperilaku lebih
seragam daripada orang-orang dari dua kelas sosial yang berbeda. Kedua, orang
merasa dirinya menempati posisi inferior atau superior dikelas sosial mereka.
Ketiga, kelas sosial ditandai oleh sekumpulan variabel-seperti pekerjaan,
penghasilan, kesejahteraan, pendidikan, dan orientasi nilai-bukannya satu
variabel. Keempat, individu dapat pindah dari satu tangga ke tangga lain pada
kelas sosialnya selama masa hidup mereka. Besarnya mobilitas itu berbeda-beda,
tergantung pada seberapa kaku stratifikasi sosial dalam masyarakat tertentu.
b. Faktor sosial.
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh
faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status
sosial. Kelompok acuan membuat seseorang menjalani perilaku dan gaya hidup baru
dan memengaruhi perilaku serta konsep pribadi seseorang, kelompok acuan
menuntut orang untuk
mengikuti kebiasaan kelompok sehingga dapat mempengaruhi
pilihan seseorang akan produk dan merek aktual. Keluarga orientasi terdiri dari
orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orang tua seseorang mendapatkan
orientasi atas agama, politik, dan ekonomi serta ambisi, pribadi, harga diri
dan cinta. Kedudukan orang itu dimasing-masing kelompok dapat ditentukan
berdasarkan peran dan statusnya. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan
dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status.
c.
Faktor pribadi.
Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam
siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta
nilai dan gaya hidup pembeli.
d.
Faktor psikologi.
Satu perangkat proses psikologis
berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses
keputusan dan keputusan pembelian. Empat proses psikologis penting-motivasi,
persepsi, pembelajaran, dan memori-secara fundamental mempengaruhi tanggapan
konsumen terhadap berbagai rangsangan pemasaran.
Menurut Wilkie (1986) menyatakan bahwa
perilaku konsumen itu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Yang
disebut internal antara lain: usia, pekerjaan, gaya hidup, kepribadian,
motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap. Sedangkan faktor
eksternal antara lain: budaya, keluarga, kelompok acuan, kondisi lingkungan,
kegiatan pemasaran perusahaan dan situasi.
Proses pembentukan perilaku konsumen
Perilaku konsumen dilakukan berdasarkan suatu proses
sebelum dan sesudah seorang konsumen melakukan proses pembelian suatu barang
maupun
jasa. Dalam perilaku konsumen tersebut, seorang pembeli
akan melakukan penilaian yang kemudian pada akhirnya akan mempengaruhi proses
pengambilan keputusannya atas pembelian barang atau jasa tersebut. Berikut
beberapa tahapan pengambilan keputusan seorang
konsumen.
`1. Pengenalan Masalah
Biasanya seorang konsumen melakukan
pembelian atas dasar kebutuhan atau untuk menyelesaikan keperluan, masalah dan
kepentingan yang dihadapi. Jika tidak ada pengenalan masalah terlebih dahulu,
maka konsumen juga tidak akan tahu produk mana yang harus dibeli.
2. Pencarian Informasi
Setelah mengetahui permasalahan yang dialami,
maka pada saat itu seorang konsumen akan aktif mencari tahu tentang bagaimana
cara penyelesaian masalahnya tersebut. Dalam mencari sumber atau informasi,
seseorang dapat melakukannya dari diri sendiri (Internal) maupun dari orang
lain (eksternal) seperti masukan Sharing pengalaman
dan lain sebagainya
3. Mengevaluasi Alternatif
Setelah konsumen mendapatkan berbagai
macam informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan, maka hal
selanjutnya yang dilakukan oleh konsumen tersebut adalah mengevaluasi segala
alternatif keputusan maupun informasi yang diperoleh. Hal itu lah yang menjadi
landasan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.
4. Keputusan Pembelian
proses selanjutnya setelah melakukan evaluasi pada
alternative-alternative yang ada keputusan adalah konsumen tersebut akan
melalui proses yang disebut dengan keputusan pembelian. Waktu yang diperlukan
dalam proses pengambilan keputusan ini tidak sama, yaitu tergantung dari
hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses pembelian atau pengambilan
keputusan tersebut.
5. Evaluasi Pasca-Pembelian
Proses lanjutan yang biasanya dilakukan
seorang konsumen setelah melakukan proses dan keputusan pembelian adalah
mengevaluasi pembeliannya tersebut. Evaluasi yang dilakukan mencakup
pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti apakah barang tersebut sudah sesuai
dengan harapan, sudah tepat guna, tidak mengecewakan, dan lain sebagainya. Hal
ini akan menimbulkan sikap kepuasan dan ketidakpuasan barang oleh konsumen,
mengecewakan dan tidak mengecewakan. Hal tersebut akan berdampak pada
pengulangan pembelian barang atau tidak. Jika barang memuaskan dan tidak
mengecewakan, maka konsumen akan mengingat merk produk tersebut sehingga akan
terjadi pengulangan pembelian di masa mendatang. Namun jika barang tidak
memuasakan dan mengecewakan, maka konsumen juga akan mengingat merk barang
tersebut dengan tujuan agar tidak mengulang kembali membeli barang tersebut di
masa yang akan datang.
Cara Mengenali Perilaku Konsumen
Sebagai produsen atau penjual barang dan
jasa, maka Anda perlu mengetahui cara-cara mengenali masalah konsumen. Hal ini
diperlukan agar masalah yang dialami oleh konsumen tersebut dapat Anda ubah
menjadi sebuah peluang. Jika Anda dapat memperbaiki kekurangan penjualan atau
mengetahui hal apa yang sering menjadi masalah konsumen, maka hal tersebut akan
menjadi perbaikan bagi penjualan dan bisnis Anda. Berikut terdapat beberapa
tips agar Anda dapat mengenali masalah konsumen.
1. Jadilah Pelanggan
Anda harus melihat sisi dari seorang
pelanggan, tidak selalu menjadi sisi seorang penjual. Misalkan Anda pergi ke
pusat perbelanjaan, tentu secara otomatis Anda harus menempatkan diri sebagai
konsumen. Nah, hal apa saja yang Anda temui di pusat perbelanjaan tersebut yang
Anda anggap merupakan
suatu kekurangan. Misalnya tentang pelayanan pegawai yang
kurang tanggap atau kurang ramah, ketersediaan produk, kualitas produk, dan
lain sebagainya. Dari situ Anda akan dapat mengetahui dan belajar tentang masalah-masalah
yang sering dialami oleh konsumen.
2.
Amati Sekeliling Konsumen dan Kompetitor
Hal lain yang dapat Anda lakukan adalah
mengamati lingkungan dan keadaan di sekeliling konsumen maupun kompetitor
bisnis Anda. Dengan mengamati bisnis yang hampir mirip atau serupa dengan
bisnis Anda, maka Anda dapat melihat kekurangan-kekurangan yang mungkin dapat
terjadi pada sektor bisnis tersebut. Sehingga Anda dapat dengan cepat melakukan
tindakan pencegahan maupun perbaikan pada bisnis Anda.
3. Menambah Kenalan dan Membuka Pemikiran
Menambah kenalan dan jaringan pertemanan
adalah hal yang sangat positif bagi Anda dan bisnis Anda. Selain menambah
relasi, partner kerja, juga dapat menambah networking
atau jaringan bagi bisnis Anda. Dalam memulai perkenalan yang baru,
usahakan untuk tidak mengatakan hal-hal yang negatif seperti menyinggung
perasaan lawan bicara, berbicara sombong dan egois, mengatakan hal-hal yang
menyangkut SARA, dan lain sebagainya. Pembicaraan dalam perkenalan baru
hendaknya memiliki hal-hal yang positif seperti kalimat- kalimat yang mendukung
dan tidak merendahkan lawan bicara.
4. Bertanya Langsung Masalah yang Dihadapi oleh Pelanggan
Tidak ada salahnya bertanya kepada
pelanggan lain tentang pandangannya mengenai bisnis Anda. Anda dapat memulai
sebuah perkenalan dengan pelanggan yang lainnya dengan cara menanyakan hal-hal
yang ringan terlebih dahulu, seperti sapaan, kalimat basa-basi, dan lain
sebagainya. Kemudian Anda juga dapat meminta masukan atau pendapat mengenai
bisnis
yang
Anda jalankan, sehingga Anda dapat mengetahui apa saja keluhan atau masalah
yang sering dialami oleh para konsumen.
Pengertian Pendekatan Utility, Indeferens dan Atribut
a.
Pendekatan Utility
Pada permulaan abad ke – 18, ahli matematika Daniel Bernoulli
telah mempelopori perkembangan suatu ukuran utilitas. Bernoulli mengusulkan
bahwa nilai sebenarnya ( true worth) kekayaan seseorang merupakan logaritma
sejumlah uang. Selanjutnya konsep utilitas dikembangkan lagi oleh Von Neumann
dan Morgenstern pada tahun1974, mereka mengusulkan bahwa kurva utilitas dapat
dibuat untuk setiap individu, asalkan asumsi tertentu tentang preferensi
individu tersebut berlaku. Utlitas merupakan preferensi atau nilai guna
pengambil keputusan dengan mempertimbangkan faktor risiko berupa angka yang
mewakili nilai pay off sebenarnya berdasarkan keputusan. Angka utilitas
terbesar mewakili alternatif yang paling disukai, sedangkan angka utilitas
terkecil menunjukkan alternatif yang paling tidak disukai (Supranto : 2005 : 374).
Dalam ekonomi, utilitas adalah jumlah
dari kesenangan atau kepuasan relatif (gratifikasi) yang dicapai. Dengan jumlah
ini, seseorang bisa menentukan meningkat atau menurunnya utilitas, dan kemudian
menjelaskan kebiasaan ekonomis dalam koridor dari usaha untuk meningkatkan
kepuasan seseorang. Unit teoritikal untuk penjumlahan utilitas adalah util.
Doktrin dari utilitarianisme melihat
maksimalisasi dari utilitas sebagai kriteria moral untuk organisasi dalam
masyarakat. Menurut para utilitarian,
seperti Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1876), masyarakat
harus bertujuan untuk memaksimalisasikan jumlah utilitas dari individual,
bertujuan untuk "kebahagiaan terbesar untuk jumlah terbesar".
b.
Pendekatan Indeferens
Pendekatan nilai guna ordinal/analisis
kurva indiferen (indifference curve analysis) Teori ini muncul karena beberapa
ahli ekonomi merasa tidak puas dengan teori yang pertama (pendekatan kardinal).
Aliran ini menyatakan bahwa kepuasan dalam bentuk angka adalah kurang tepat,
karena kepuasan adalah sesuatu yang tidak mudah untuk diukur. Teori ini
dikembangkan antara tahun 1880-an sampai dengan tahun 1930- 50 an. Pada tahun
1881, ahli ekonomi Inggris yang bernama Francis Y. Edgeworth memperkenalkan
manfaat kurva indiferen. Cara Edgeworth ini pada tahun 1906 sedikit diubah dan
dikembangkan lagi oleh ekonom Itali yang bernama Vilredo Pareto. Dan pada
akhirnya pada tahun 1930-an dua ekonom Inggris yang bernama John R. Hikcs dan R.G.D. Allen memperluas dan
mempopulerkan penggunaan analisis kurva indiferen.
Pendekatan Ordinal disebut juga dengan
pendekatan kurva tak acuh atau pendekatan Indifference Curve. Menurut
pendekatan ini, besarnya nilai guna bagi seorang konsumen tidak perlu diketahui
seperti pendekatan kardinal. Tanpa mengukur besarnya nilai guna-pun perilaku
konsumen dalam menentukan permintaan dapat dipelajari. Sederhananya, tingkat
kepuasan konsumen bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tanpa
mengatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah (diurutkan/diranking).
Pendekatan Ordinal ini dikemukakan oleh J. I-Licks
dan Rj. A Hen (1934). Jadi menurut pendekatan ordinal ini tingkat kepuasan
seseorang dari mengkonsumsi barang atau jasa tidak dapat dihitung dengan uang
atau angka atau satuan lainnya, tetapi dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih
rendah (dengan skala ordinal seperti ke-1, ke-2, ke-3 dan seterusnya).
c. Pendekatan Atribut
Teori ini pertama kali diperkenalkan
oleh Kelvin Lancaster pada tahun 1966. teori-teori sebelumnya menggunakan
asumsi bahwa yang diperhatikan oleh konsumen adalah produknya, maka pendekatan
atribut ini didasarkan pada
asumsi bahwa perhatian konsumen bukan terhadap produk
secara fisik, melainkan lebih ditujukan kepada atributproduk yang bersangkutan.
Pendekatan ini menggunakan analisis
utilitas yang digabungkan dengan analisis kurva indiferens. Yang dimaksud
dengan atribut suatu barang adalah semua jasa yang dihasilkandari penggunaan
dan atau pemilikan barang tersebut. Atribut sebuah mobil antara lainmeliputi
jasa pengangkutan, prestise, privacy, keamanan, kenyamanan, dan sebagainya.
Pendekatan Atribut merupakan pendekatan
yang relative baru. Pendekatan ini menganggapbahwa yang di perhatikan konsumen
bukanlah produk secara fisik, tetapi atribut yang terkandung di dalam produk
tersebut.
Menurut Rama dan Jones (2008, p225)
attribute adalah unit data terkecil yang memiliki makna bagi pengguna. Kolom
dalam basis data relasional yang ekuivalen dengan field didalam file.
Menurut Nugroho (2009, p167) attribute
adalah nilai internal suatu objek yang mencerminkan antara lain karakteristik
objek, kondisi sesaat, koneksi dengan objek lain dan identitas ”materi ini
dipakai oleh politeknik telkom”.
Menurut Donald R. Lehmann dan Russel S.
Winer (Adi Haryadi, 2007, p22), Konsumen memiliki
sikap yang berbeda
– beda dalam memandang atribut
– atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan
memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang
dicarinya. Pasar sebuah produk sering dapat disegmentasi berdasarkan atribut
yang menonjol dalam kelompok konsumen yang berbeda beda. Analisis atribut pada
perilaku konsumen merupakan teori permintaan yang cukup baru, yang mana
analisis pendekatan atribut produk menyatakan bahwa kepuasan seseorang terhadap
barang dan jasa yang dibeli sebenarnya bukan terletak pada barang atau jasa itu sendiri, tetapi dari karakteristik atau
atribut yang melekat pada barang yang bersangkutan. Dengan kata lain konsumen akan mencari manfaat
tertentu dan
selanjutnya melihat kepada atribut produk. Konsumen akan
memberikan bobot yang berbeda untuk setiap atribut produk sesuai dengan
kepentinganya (Simamora, 2002, p17)
BAB III PEMBAHASAN
Teori konsumen digunakan untuk
menjelaskan dan meramalkan produk- produk yang akan dipilih oleh konsumen
(rumah tangga), pada tingkat pendapatan dan harga tertentu. Dengan tujuan
utamanya adalah mengonsumsi suatu produk yang dijual dipasar adalah untuk
memaksimumkan kepuasan total (total
satifiscation). Teori ini juga digunakan untuk mendapatkan kurva
permintaan. Teori perilaku konsumen yang digunakan dalam menganalisis penentuan
pilihan konsumen ini ada 6 yaitu.
1.
pendekatan utilitas
2.
pendekatan kurva indiferens
3.
Marginal Rate of Substitution (MRS)
4.
Garis Anggaran (Budget Line)
5.
Keseimbangan Konsumen.
Dengan demikian utilitas total yang
diperoleh konsumen ketika mengonsumsi mengonsumsi produk itu dapat
didefinisikan sebagai kepuasan total yang diperoleh dari sejumlah item per
periode waktu.Berkaitan, dengan hal ini, fungsi ultilitas total (total utility function) menunjukkan
hubungan antara kepuasan total yang diterima melalui konsumsi produk dan
tingkat konsumen tersebut.
PENDEKATAN UTILITAS
Pendekatan ini menganggap bahwa jika
konsumen membeli barang karena memperoleh manfaat atau nilai guna (utility).Dimana utility meningkat,jika
jumlah barang yang dikonsumsi meningkat. Dalam hal ini ada dua cara pengukuran
nilai
manfaat
dari suatu komoditas yakni; secara kardinal(nilai absolut) dan secara ordina(
Pendekatan nilai relatif/Kurva Indeferens
Kardinal Utility
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
atau sering disebut dengan teori nilai subyektif yaitu dianggap manfaat atau
kepuasan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif /
dapat diukur secara pasti, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan
kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang
yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan
memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan
konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitaf.
Dalam teori nilai guna ini dikenal nilai
guna total (Total utility) dan nilai guna marginal (Marginal utility).Nilai
guna total berkenaan dengan dengan jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari
mengonsumsi sejumlah komoditas tertentu.Nilai guna marginal adalah pertambahan
atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan
penggunaan satu unit komoditas tertentu.
Asumsi-asumsi Pendekatan Utilitas
1.
Konsumen Rasional. Konsumen
bertujuan memaksimalkan kepuasan dengan batasan pendapatannya
2.
Tingkat utilitas total yang
dicapai seseorang konsumen merupakan fungsi dari kuantitas berbagai barang yang
dikonsumsinya atau additual dan Independent
:
Utilitas =
U(barang X, barang Y, barang Z, …)
3.
Konsumen akan memaksimumkan
utilitasnya dengan tunduk pada kendala anggarannya
4.
Utilitas dapat diukur secara cardinal
5.
Marginal utility (MU) dari setiap unit tambahan barang yang
dikonsumsi akan menurun Mu adalah
perubahan Total Utility yang disebabkan oleh tambahan satu unit barang yang di
konsumsi, ceteris paribus (faktor
lain dianggap tetap
6.
pendapatan konsumen tetap
7.
Constant marginal utility of money, artinya
uang mempunyai nilai subjektif yang tetap
Table 3.1 Total Utility dan Marginal Utility
Jumlah barang x
yang
dikonsumsi
|
Total Utility
|
Marginal
Utility
|
(Q)
|
(TU)
|
(MU)
|
0
|
-
|
-
|
1
|
30.0
|
30.0
|
2
|
52.5
|
22.5
|
3
|
67.5
|
15.0
|
4
|
75.0
|
7.5
|
5
|
79.5
|
4.5
|
6
|
82.5
|
3.0
|
7
|
82.5
|
0.0
|
6
|
81.0
|
-1.5
|
Pada table 3.1 terlihat bahwa TU akan
meningkat apabila semakin banyak barang dibeli namun pada satu saat yaitu pada
unit ke-6 TU mencapai puncak, demikian pula MU
semakin lama kecil seiring dengan apa bila jumlah barang X dikonsumsi
secara terus menerus, sehingga pada saat TU mencapai maksimum, MU sama dengan nol.
Nilai TU terus bertambah hingga
kuantitas ke-6 , sedangkan MU bertambah dengan pola menurun, hingga
unit ke-7 nilai MU mencapai 0 yang
berarti TU telah maksimal. Posisiini dikenal dengan tiitik jenuh (saturation point) yaitu pada tingkat TU=
82.5 unit pada unit ke-6 dan unit ke 7
(lihat gambar 3.2). bila konsumsi terhadap barang X bertambah satu unit lagi
menjadi unit ke-8, TU dalam mengkonsumsi barang x menurun menjadi 81dan MU menjadi negative(- 1.5).
Nilai guna dapat diukur dengan pasti, jadi oleh karena itu metode
kardinak tidak umum dipakai dalam teori (kehidupan) ekonomi yang modern , tetapi prinsip marginal utility yang menurun tetap berlaku hingga kini.
Gambar 3.1 Kurva Total Utility
Gambar 3.2 Kurva Marginal Utility
Perbandingan antara MU dengan P
Seorang konsumen akan memilih
barang-barang yang dapat memaksimumkan utilitasnya dengan dibatasi oleh
keterbatasan anggaran. Utilitas tersebut akan maksimum jika perbandingan antar MU dan harga adalah sama untuk setiap
barang yang dikonsumsi, misalnya barang X, Y,
Z
MUx =MUy = MUz
Px Py Pz
Contoh: jika kaidah diatas tidak
terpenuhi,maka konsumen dapat “mengatur” lagi alokasi pengeluarannya untuk
menaikkan tingkat ulitity.yang
diperolehnya.Jika harga X=Rp.4 dan MUx=10,dan harga Y=Rp.1 serta MUy=5,Maka
Mux = 10 = 2,5 dan Muy
= 5 = 5
Px 4 Py 1
Jadi keseimbangan terjadi bila MU sama
dengan harga barang, dengan kata lain tambahan kepuasan yang diperoleh konsumen
harus sama dengan jumlah uang yang dapat dibelikan barang yang lain yakni
sebesar Px Implikasinya, bila harga diturunkan Maka Mux akan turun.
Asumsi bahwa berlakunya hukum MU yang
semakin menurun (the law of diminishing
marginal utility) mencerminkan bahwa kurva permintaan akan berslope negatif
pula.konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dibelinya jika harga barang
tersebut naik, sesuai dengan kaidah rasio diatas, cateris paribus.
PENDEKATAN KURVA INDIFERENS
Pendekatan kurva indiferens menggunakan
konsep ordinal utility, dimana tingkat utility diukur melalui order atau
ranking, tetapi tidak disebutkan utility secara pasti.Pendakatan ini muncul
karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal,
meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memilikikelebihan.
Pada umumnya konsumen tidak hanya
mengonsumsi satu komoditas, tetapi komoditas.Misalkan saja masyarakat
mengonsumsi dua komoditas, yaitu barang X dan barang Y. Konsumen secara
rasional ingin membeli sebanyak mungki barang X dan Y; tetapi merekan dihadapkan
pada kendala keterbatasan dana.Karena itu konsumen
dapat mengubah-ubah kombinasi barang X dan barang Y yang dibeliya sedemikian
rupa sehingga jika salah satu diperbanyak jumlahnya maka yang lain pasti
dikurangi agar utility yang diperoleh tetap
sama,
Fenomena ini dinyatakan dengan kurva
kepuasan sama (IC), yaitu kurva yang menggambarkan tingkat ulitility yang sama
untuk berbagai kombinasi komoditas.Artinya : setiap kombinasi penggunaan dua
atau lebih jenis barang yang akan dikonsumsi mempunyai tingkat kepuasan yang
berbeda. Tingkat- tingkat utilitas yang ditetapkan pada beberapa kelompok
barang menunjukkan peringkat dari barang-barang tersebut.
Asumsi-asumsi
Pendekatan Kurva Indiferens
1.
Konsumen mendapat kepuasan atau
utilitas lewat barang-barang yang dikonsumsinya.
U= U( barang X. barang Y, barang Z,…)
2.
Konsumen akan memaksimumkan
kepuasannya dengan tunduk kepada kendala anggaran yang ada.
3. Konsumen mempunyai suatu skala preferensi
4.
Marginal rat Subssitution (M
5.
Marginal Rate of substitution
(MRS) akan menurun setelah melampaui suatu tingkat utilitas tertentu.MRS adalah
jumlah barang Y yang bisa diganti oleh satu unit barang X, pada tingkat
kepuasan yang sama.
Dasar pemikiran dari pendekatan ini adalah semakin banyak
barang yang dikonsumsi semakin memberikan kepuasan terhadap konsumen.
Skala atau Fungsi Preferensi
Fungsi preferensi adalah suatu sistem atau serangkaian
kaidah dalam menentukan pilihan. Setiap individu dianggap memiliki fungsi
preferensi.
Kurva Indiferens Mencerminkan Preferensi Konsumen
Kurva indiferens adalah kurva yang
menunjukkan kombinasi konsumsi (pembelian) barang-barang yang menghasilkan
tingkat kepuasan yang sama. Artinya konsumen tidak akan lebih suka (prefer)
kepada suatu titik dibanding titik-
titik
yang lain yang terletak pada kurva tersebut. Kumpulan kurva indiferens disebut
indifference maps dari setiap konsumen.
Tabel 1.2
Kombinasi penggunaan dua jenis barang
Kelompok barang
|
Tongseng (piring)
X
|
Sate (tusuk)
Y
|
A B C D
E
|
1
2
3
4
5
|
20
15
11
8
6
|
Menurut Prefensi individu, konsumen tidak akan lebih suka
kepada suatu titik dibandingkan titik-titik lain yang terletak pada kurva
tersebut.
Gambar 4.1 Kurva Indiferens
Ciri-Ciri Kurva Indiferens
Kurva Indiferens
mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
1.
Semakin kekanan atas (menjauhi
titik origin), semakin tinggi tingkat kepuasannya,
2. Kurva indiferens tidak berpotongan satu sama lainnya.
3.
Kurva indiferens berslope negative
4.
Kurva indiferens cembung kearah origin.
Marginal Rate of Substation (MRS)
dan Y. Menambah atau mengurangi konsumsi barang X berarti
menambah atau mengurangi total utility dari barang X;yang berdampak pada adanya
perubahan marginal utility (MU)-nya.Jadi Perubahan jumlah barang X dan Y sama
dengan perubahan marginal utility.Perubahan konsumsi dari satu kombinasi ke
kombinasi lainnya menunjukkan slope (kemiringan)
dari kurvanya.;sehingga:
Persamaan diatas kenal dengan marginal
rate of substitution (MRS).Kemiringn dari kurva indiferens selalu bernilai
negatif dan mengukur pertukaran (trade-off) dua barang pada kondisi utility
konsumen yang tidak berubah.MRS akan menurun sepanjang kurva indiferens, dan
nilai absolutnya akan positif.Karena prinsip inilah maka suatu kurva indiferens
mempunyai kecenderungan cembung terhadap titik asal (convex to origin).
GARIS ANGGARAN
Garis Anggaran adalah garis yang
menunjukkan jumlah barang yang dapat dibeli dengan sejumlah pendapatan atau
anggaran tertentu, pada tingkat harga tertentu. Dengan suatu tingkat pendapatan
tertentu maka konsumen harus mengatur kombinasi barang yang akan dibelinya
sehingga utilitynya maksimal.Kendala pendapatan ini dikenal dengan baris
anggaran (budget- line),yaitu sebagai garis yang menunjukkan jumlah barang yang
dapat dibeli dengan sejumlah pendapatan atau anggaran teertentu, pada tingkat
harga tertentu.
Konsumen hanya mempu membeli sejumlah
barang yang terletak pada atau garis sebelah kiri garis anggaran. Titik –titik
pada sebelah kiri garis anggaran tersebut menunjukkan tingkat pengeluaran yang
lebih rendah.
Gambar 4.3 Garis Anggaran
Contoh :jika anggaran (i) sebesar
100.000 dengan harga barang X dan Y masing-masing 5000 dan 10000, maka garis
anggarannya ditunjukkan oleh garis BB (gambar 1.3). daerah anggarannya (budget
set) melukiskan semua kombinasi (X,Y) yang dapat dibeli dengan anggaran sebesar
100.000 atau kurang.
Persamaan Garis
Anggaran
Persamaan garis anggaran (dimana I=
pendapatan/anggaran konsumen) bisa dilukiskan dengan 2 cara.
I = X.Px+ Y.Py
Atau
Y=I-X.Px = I - Px
Py Py Py
Contoh
persamaan anggaran untuk gambar 4.3 : 100 = 100X + 10Y
Y = 100/10 – 5/10 X atau Y = 10 – X/2
Ciri-ciri Garis Anggaran
Garis anggaran
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Berslope negative
2.
Berbentuk linier selama harga tidak berubah
3.
Nilai dan garis anggaran semakin
ke kanan semakin besar
4.
Garis anggaran akan bergeser jika
terjadi perubahan anggaran atau harga.
KESEIMBANGAN KONSUMEN
Seorang konsumen akan memilih sekelompok
barang yang memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk kepada kendala anggaran
yang ada. Sekelompok barang yang memberikan tingkat kepuasan tertinggi tersebut
harus memenuhi 2 syarat.
1.
Keadaan tersebut terjadi pada saat kurva indiferens tertinggi bersinggungan
dengan garis anggaran
2.
Keadaan tersebut terjadi pada
titik singgung antara kurva indiferens tertinggi dengan garis anggaran.
kesimbangan konsumen berkisar pada
penggabungan tentang kemauan dan kemapuan konsumen dengan tujuan usaha
memaksimunkan daya guna/utilitas. yang dimana setiap konsumen dianggap
menghadapi berbagai kemungkinan kombinasi barang yang akan dikombinasinya
masing-masing kombinasi tersebut memberikan kepadanya sejumlah daya guna yang
berbeda- beda, kombinasi barang yang mampu memberikan tingkat daya
guna/kepuasan yang tertinggi akan dipilih dan tidak akan dirubahnya lagi, maka
saat itu konsumen berada dalam keseimbangan.
Titik E pada gambar 3.5 adalah titik
optimal yang dapat dinikmati konsumen. Jika diperhatikan pada titik E maka
diketahui kedua kurva yakni kurva indiferens (IC) dan budget line (BL)
bersinggungan, dengan kata lain dikatakan mempunyai slope yang sama, slope Ic
=MRS, dan slope BL=Px/Py,sehingga.
MRS=MUx= Px
MUy Py
= MUx =MUy
Px Py
Persamaan diatas menunjukkan tempat
keseimbangan konsumen yakni jika rasio MU terhadap
harga dari suatu barang telah sama.Dengan kata lain jika rasio tidak sama maka
keseimbangan belum tercapai,Misal jika salah satu lebih besar (Misal untuk
barang X) dari barang yang lain (barang Y), pada
kondisi ini tambahan utility yang diperoleh persatuan uang yang dikeluarkan
untuk mengonsumsi barang X lebih besar dari tambahan utility yang diperoleh
persatuan uang yang dikeluarkan untuk mengonsumsi barang Y sehingga kepuasan
konsumen dapat ditingkatkan jika konsumsi terhadap barang X dinaikkan dan
konsumsi barang Y diturunkan.Pemindahan konsumsi dari barang Y ke barang X
tersebut tidak perlu lagi dilakukan bila kesimbangan tercapai seperti pada persamaan
3.5, karena pada saat itu tambahan
utility yang diperoleh persatuan uang yang dikeluarkan untuk mengonsumsi barang
X dan Y sama saja.
gambar 3.5 Pilihan Konsumen
sebagai contoh pada gambar diatas bahwa
titik E merupakan titik keseimbangan konsumen tidak mempunyai rangsangan untuk
mengubah kombinasi barang-barang yang dipilihnya. tidak ada kombinasi lain yang
dapat
memberikan
tingkat kepuasan yang sama sesuai dengan kendala anggaran tersedia misalnya.
Mrs =
𝑃𝑥
𝑃𝑦
20
Mrs = = 2
10
Artinya : MRS sebesar 4 unit mempunyai arti bahwa konsumen bersedia untuk
menukar 4 unit barang Y untuk 1 unit barang X. Rasio harga 4 juga sebesar 4
unit tersebut mempunyai arti bahwa masyarakat bersedia untuk mempertukarkan 4
barang Y dan 1 unit barang X.
Jika Konsumen Tersebut mengurangi
konsumen barang Y sebesar 4 unit dia dapat menaikkan konsumsi terhadap barang
X. Empat (4) unit barang Y yang dapat digantikan oleh 1 unit barang X dan
konsumen tetap pada kurva indiferens yang sama. oleh karena itu , 4 unit barang
X akan menempatkan Konsumen pada suatu kurva indiferens yang lebih tinggi.
Contoh Aplikasi.
jika konsumen ini memuaskan kebutuhan
(utility) mengonsumsi barang X dan Y, bahwa konsumen mempunyai uang sebanyak
Rp. 10.000,00 harga barang X perunit (Px)= Rp.500,00 dan harga
barang Y perunit sebanyak Rp.250,00 Fungsi Utility
konsumen adalah U=2X0,5Y0,4, berapakah estimasi barang X dan Y dapat dibeli?
Jawaban :
Fungsi Tujuan U=2X0,5Y0,4
Fungsi Batassan
10.000=500X+250Y
MRS= 𝜕𝑈/𝜕𝑋
= 𝑀𝑈𝑥 = 𝑃𝑥
𝜕𝑈/𝜕𝑋
𝑀𝑈𝑦 𝑃𝑦
Dimana : MUx( marginal
utiity dari X)
: MUy (Marginal Utility
dari Y)
Sehingga MUx= X-0,5Y0,4
dan MUY =0,8 X0,5Y-0,6
MRS= X-0,5Y0,4 0,8 X0,5Y-0,6
MRS =
500
200
Y= 1.6X
Transformasikan
ke persamaan Garis Anggaran 10.000=500X+250(1.6X)
X=11,1 unit, dan Y =1,6 X, Y=17,8 Unit
kepuasan maksimm diperoleh dengan mensubstisusikan Konsumen
X dan Y ke dalam persamaan Utility, sehingga U=21,08 unit
Gambar
3.6 pilihan Optimal konsumen
PENDEKATAN ATRIBUT
Teori ini pertama
kali diperkenalkan oleh Kelvin Lanchester pada tahun 1966. Teori-teori
sebelumnya menggunakan asumsi bahwa yang diperhatikan oleh konsumen adalah
produknya, maka pendekatan atribut ini di dasarkan pada asumsi bahwa perhatian
konsumen bukan terhadap produk secara fisik. Yang dimaksud dengan atribut suatu
barang adalah semua jasa yang dihasilkan dari penggunaan dan atau pemilikan
barang tersebut. Atribut sebuah mobil antara lain meliputi jasa pengangkutan,
prestise, privacy, keamanan, kenyamanan dan sebagainya.
Dalam pendekatan
atribut diasumsikan bahwa rumah tangga telah membagi-bagi anggaran untuk tiap
kelompok kebutuhan. Misalnya, untuk pangan, sandang, perumahan, kesehatan, dan
sebagainya. Persoalan selanjutnya adalah konsumen mendapatkan kepuasan dari
pengonsumsian atribut. Namun demikian, konsumen harus membeli produk untuk
memperoleh atribut tersebut. Jadi produk itu merupakan alat untuk menyampaikan
atribut dalam proses konsumsi. Sebagai contoh table 1.3 melukiskan seorang
konsumen yang biasa makan diluar rumah di enam restoran (A B C D E F). Atribut
pada 6 restoran tersebut digambarkan table dibawah ini.
TABEL
1.3
Atribut dan Harga Makan di Enam Restoran
Restoran
|
Harga per makan ($)
|
Derajat atribut
|
Rasio nyaman/ lezat
|
Makan per
$100
|
|
nyaman
|
lezat
|
||||
A B C D
E F
|
22,22
25,00
27,30
26,47
18,95
19,74
|
89
94
76
57
18
10
|
22
50
86
90
72
77
|
4,05
1,88
0,88
0,63
0,25
0,13
|
4,50
4,00
3,66
3,78
5,28
5,07
|
Seberapa banyak
suatu barang itu harus dibeli ditentukan oleh besarnya anggaran dan harga
barang yang bersangkutan. Dari table 1.3 dengan anggaran
$100 konsumen tersebut mendapatkan
dari restoran A sebanyak (4,5 x 89) = 400,5 satuan atribut kenyamanan suasana
restoran dan 4,5 x 22 = 99 satuan atribut kelezatan makanan . demikian pula
dari restoran B, C ,D, E dan F diperoleh jumlah satuan atribut dengan cara yang
sama.
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN
Model pilihan konsumen dapat
dikembangkan dengan menggunakan asumsi pengukuran cardinal dan ordinal.
Pendekatan cardinal menganggap bahwa utilitas bisa diukur dengan cara
penjumlahan. Pendekatan ordinal menganggap bahwa utilitas tidak dapat diukur
dengan cara penjumlahan. Utilitas yang lebih banyak atau lebih tinggi hanya
menunjukkan kepuasan yang lebih besar saja.Selain itu, pendekatan cardinal
menganggap bahwa tingkat kepuasan marginal dalam pengkonsumsian suatu barang
adalah menurun.
Pendekatan kurva indiferens (ordinal)
ini menganggap bahwa konsumen memiliki suatu skala preferensi dalam memilih
barang-barang yang akan dikonsumsinya. Kurva indiferens ini berslope negative,
tidak berpotongan dan naik menjauhi titik asal (origin).
Garis anggaran menunjukkan jumlah barang
yang dapat dibeli konsumen dengan sejumlah pendapatan dan anggaran tertentu,
pada tingkat harga tertentu.
Saran
Sebaiknya para
pemasar memberikan pelayanan terbaik kepada para konsumen dan memahami perilaku
konsumen dengan menerapkan konsep pemasaran agar konsumen mendapatkan kepuasaan
yang maksimal serta memandang kepuasan konsumen sebagai hal utama dalam
menjalankan suatu usaha. Karena konsumen adalah aset utama para pemasar, jika
mereka puas maka usaha yang di jalankan para pemasar juga akan sukses.
DAFTAR PUSTAKA
Ari
Sudarman, Teori Ekonomi Mikro (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2004),
Arsyad,Lincolin.2000.Ekonomi Manajerial.EdisiKe 6. Yogyakarta:BPFE.
Nimran, Umar. 1996. Perilaku Organisasi. Edisi Revisi.
Surabaya : CV Citra Media
Read, D dan Barbara van Leeuwen, 2010.
“Pavlovian Processesin Costumer Choice : The Physical Presence of a Good
Increases Willingness-to-pay”, American
Economic Review, 100, 1-18.
Robbins, S. 2007. Perilaku Organisasi. J ilid 1. Edisi bahasa Indonesia.
Jakarta:
PT Prehalindo
Sukirno, sadona. 2005. Mikro Ekonomi teori pengantar/sadono sukirno,
edisi 1, -
21. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tasman, Prof Dr.
H. Aulia S.E, M.Sc dan Prof .Dr. H. M. Havids Aima, M.S.20
.Ekonomi Manajerial Dengan Pendekatan
Matematis.
diakses hari senin, 2/08/2015. Pukul 14.15 wita. www.wikipedia.com